Sabtu, 31 Maret 2018

(Video Clip) Cannabinoid - Palangka Rayaku

Cannabinoid adalah salah satu band lokal Kota Palangka Raya yang gaungnya tak perlu diragukan lagi. Band yang beraliran reggae ini terbentuk sejak tangal 31 Desember 2011 lalu. Cannabinoid kerap kali tampil di berbagai acara maupun festival musik, baik itu di dalam kota maupun ke luar kota. Cannabinoid terdiri atas 6 orang personil. Mereka adalah Indra (bass), Ade (gitar), Rafi (gitar) Anggi (vocal), Hanif (drum) dan Ipur (perkusi).

Band yang dikomandoi oleh Ipur ini telah memiliki beberapa buah karya. Salah satunya yang cukup dikenal oleh kalangan masyarakat Palangka Raya, terlebih Cannabis (sebutan untuk fans Cannabinoid) adalah sebuah lagu bertajuk "Palangka Rayaku". Lagu ini cukup unik karena menggabungkan alunan reggae dengan musik etnik Dayak Kalimantan Tengah. Sehingga menghasilkan irama yang dijamin beda dan terdengar baru.

Video "Palangka Rayaku" bisa ditonton di bawah ini:


 Mari dukung terus musisi lokal Palangka Raya!

Kamis, 22 Maret 2018

Pahaga Himba

Tanggal 7 Maret 2018 kemarin, Trvekvli x JeLoDee, duo hip-hop/rapper lokal asal Kota Palangka Raya merilis sebuah debut mini album kolaborasi yang diberi tajuk Pahaga Himba. Pahaga Himba sendiri sejatinya merupakan bahasa Dayak Ngaju yang memiliki arti Penjaga Hutan Dalam. Nama ini dipilih dengan tujuan mampu menggambarkan apa yang sedang disuarakan Trvekvli dan Jelodee. Dengan bahasa yang lugas dan tajam serta diiringi dengan alunan musik terkini yang dibalut nuasa etnic Dayak, mereka mencoba menyuarakan kejadian yang terjadi di Palangka Raya, seperti ketimpangan sosial daerah dengan ibu kota, kemarahan pada penjarahan hutan Borneo, kritik terhadap hoax, hate speech dan problematika di sosial media.

Mini album ini total berisikan 5 buah lagu. Track pertama diisi dengan tembang berjudul Percuma Kita Bukan Jakarta (04:02). Sebuah track pembuka dengan intro serta komposisi musik yang secara keseluruhan manis sekali. Vitra, sang frontman dari Kelinci Pohon, turut memberikan sentuhan vokalnya di bagian reff pada lagu ini. Ini adalah track favorit saya.

Selanjutnya ada Menentang Sabda (03:27). Diawali dengan orasi yang lantang, lagu ini terasa begitu kental dengan ungkapan dan sindiran pada hal yang sifatnya anti perbedaan dan keberagaman. Basingi (04:04) yang menghadirkan Herman (musisi lokal yang penuh bakat), menjadi lagu ketiga dalam mini album ini. Basingi adalah bahasa Dayak Ngaju yang berarti marah. Lagunya sendiri cukup catchy dengan perpaduan musik etnik, piano dan ornamen musik lainnya yang membuat lagu ini terasa "grande".

Lagu berikutnya yaitu Fobia (03:14), tembang dengan durasi terpendek. Vitra kembali mengisi di lagu ini. Tidak hanya Vitra, tetapi juga ditemani oleh Tere. Sesuai judulnya, lagu ini menceritakan serta menggambarkan situasi yang mengagungkan persatuan (demi kepentingan) namun pada kenyataannya justru fobia perbedaan. Dan Orator (04:36), yang kembali menampilkan Herman, menjadi track penutup mini album ini. Isinya penuh dengan kritik sosial yang sedang marak akhir-akhir ini. It's a very tough song!

Secara keseluruhan, Pahaga Himba bagi saya adalah sebuah debut mini album yang begitu solid dan kuat. Segala pandangan dan unek-unek dari Trvekvli x JeLoDee yang selama ini (mungkin) tertahan, berhasil dimuntahkan melalui rilisan karya ini. Apa yang telah disuarakan oleh mereka layak menjadi perenungan kita bersama.

Maju terus musisi lokal Palangka Raya!

Pahaga Himba dapat disimak dan diunduh di: www.ripstore.asia/pahagahimba

Reviewed by: Anthony Sinaga

Kamis, 15 Maret 2018

Lima Potensi Taman Nasional Sebangau

Bicara tentang habitat orangutan Borneo, kebanyakan pasti berpikir tentang Taman Nasional Tanjung Puting. Pusat konservasi itu telah ditetapkan sebagai suaka margasatwa sejak 1937 oleh pemerintah Hindia Belanda. Namun, Kalimantan Tengah juga punya ekosistem lain yang dihuni ribuan orangutan, yakni Taman Nasional Sebangau.

Taman Nasional Sebangau adalah kawasan pelestarian gambut terbesar di Indonesia. Ia ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai taman nasional pada 2004. Meski tak jauh dari Kota Palangka Raya, kawasan konservasi itu berhasil menjaga habitat flora dan fauna yang tinggal di dalamnya.

Banyak yang bisa dilakukan pengunjung di Taman Nasional Sebangu tanpa merusak ekosistem. Mulai dari menyusuri Sungai Koran dengan perahu kano, treking di antara lahan gambut, dan melihat kekayaan hayati yang dimilikinya. Flora dan fauna apa saja yang bisa kita lihat di Taman Nasional Sebangau? Yuk, simak dalam infografik di samping (klik untuk memperbesar).

Sumber: Kumparan